PLTA Cirata terletak di daerah aliran sungai (DAS) Citarum di Desa Tegal Waru, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Sedangkan luas Waduk Cirata, dari ujung selatan kecamatan Cipeundeuy kabupaten Bandung barat, dan terbendung di desa Ciroyom, kecamatan Cipeundeuy kabupaten Bandung barat, yang berbatasan langsung dengan kabupaten Purwakarta. Latar belakang pendirian PLTA ini, dengan letak sungai Citarum yang subur, bergunung-gunung dan dianugerahi curah hujan yang tinggi. Pembangunan proyek PLTA Cirata merupakan salah satu cara pemanfaatan potensi tenaga air di Sungai Citarum yang letaknya di wilayah kabupaten Bandung, kurang lebih 60 km sebelah barat laut kota Bandung atau 100 km dari Jakarta melalui jalan Purwakarta.
"Kalau tidak salah Bendungan PLTA Cirata mulai dibangun sekitar 1980 dan diresmikan Pak soeharto 1987," kata tokoh masyarakat Desa Mekarsari Kecamatan Darangdan, Purwakarta Sulaeman kepada ayopurwakarta.com, Selasa (30/7/2019).
Bendungan ini dibangun dalam 2 tahap, pada tahap pertama dari tahun 1983 - 1988 dengan daya 504 Megawat dan tahap kedua dari tahun 1995 - 1997 dengan daya yang sama sehingga total menjadi 1008 Megawat yang mampu memproduksi energi listrik rata-rata 1.428 GWh per tahun yang kemudian disalurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV ke sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (Jamali)
Bendungan Cirata dikerjakan oleh 5.000 ribu tenaga kerja (4.700 Warga lokal dan 300 orang jepang)
PLTA Cirata terbagi atas 4 bangunan utama, yaitu :
- Bendungan atau waduk yang digunakan menampung air
- Saluran air
- Gedung unit pembangkit atau powerhouse
- Switchyard
PLTA ini juga dilengkapi sebuah terowongan yang digunakan sebagai akses jalan powerhouse yang berada didalam perut bumi
Pemandangan dari dinding bendungan sangat indah. Di satu sisi, kita bisa melihat genangan air yang sangat melimpah, sedangkan di sisi lainnya kita melihat sebuah jurang yang penuh bebatuan. Genangan air di waduk cirata ini berasal dari aliran dari waduk saguling yang letaknya lebih tinggi. Sedangkan aliran air waduk cirata nantinya akan menuju waduk jatiluhur.
Menurut Abah Janggot (petugas keamanan). Selama pengerjaan juga melibatkan masyarakat setempat.
Dulu lokasi PLTA Cirata merupakan kawasan pegunungan dan perbukitan. Pemerintah yang merencanakan pembangunan bendungan kemudian membuat jalan yang saat ini menjadi jalur penghubung antara tiga kabupaten yang saling berbatasan di kawasan PLTA, termasuk Bendungan Cirata.
"Sebelum ada bendungan jika masyarakat ingin menyeberang harus melewati jembatan terbuat dari kayu dan bambu. Sekarang sudah ada bendungan sekaligus jalan penghubung Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat," ucap dia.
Abah Janggot tidak mengetahui PLTA itu disebut Cirata. Namun dia berpendapat kemungkinan Cirata singkatan dari "Cai Rata" (air merata).
"Memang dari dulu air di danau itu airnya sangat rata, mungkin itu asal usulnya disebut Cirata," ujar dia mengira-ngira.
Dari ringkasan percakapan tersebut sepertinya pada poin terakhir selaku narasumber masih mengira - ngira asal nama cirata ini jadi ini kemungkinanya juga agak samar samar dan belum terverivikasi. dan sepertinya masih banyak misteri yang belum terungkapkan pada sejarah dicirata ini.
Berikut Dilansir dari ayobandung.com, wikipedia dan jejakpiknik.com membahas seputar asal usul cirata