Hajat bumi atau Sedekah bumi adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. Upacara ini sebenarnya sangat populer di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Sumber : id.wikipedia.org
Salah satunya dikampung nyenang ini adalah sebuah acara adat rutin yang dilakukan oleh masyarakat Desa Nyenang sebagai rasa syukur atas hasil panen yang telah diperoleh. dan sebagai bentuk memperlihatkan bahwa Desa Nyenang masih mempertahankan kebudayaan dan kesenian yang ada. Salah satu tokoh di Kampung Nyenang, Bpk. Tatang bercerita, Kampung Nyenang merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi yang mana istri dari Prabu, Nyi Mas Kuba Karancang melarikan diri ke Kampung Nyenang dikarenakan permasalahan internal keluarga.
Bpk. Tatang memaparkan, untuk hajat bumi sendiri telah dilakukan secara turun temurun. Tapi dulu hajat bumi dilakukan hanya setiap rumah, berbeda dengan saat ini yang dilakukan secara serentak dalam satu tempat. “ Saya menyatukan untuk menggelar acara hajat bumi,kalau dulunya hanya tiap rumah saja, sekarang semuanya digabungkan sebagai rasa syukur atas hasil alam yang didapatkan. Kalau diartikan, bumi itu kan rumah, hajat itu bentuk dari rasa syukur masyarakatnya, maka diadakanlah kegiatan seperti ini,” tutur Tatang saat ditemui di rumahnya, Sabtu (16/4) lalu.
Tak hanya mempertahankan tradisi temurun, Kampung Nyenang juga memperlihatkan potensi yang dimiliki. Mulai dari mempertahankan kesenian tradisional hingga kebudayaan. Menurut Tatang itulah hal yang selalu dijaga oleh masyarakat sekitar tanpa menghalangi masuknya modernitas. Banyaknya macam kesenian yang masih dipertahankan seperti Debus, Beluk, Pencak Silat dan juga situs-situs sejarah, seperti makam Nyi Mas Kuba Karancang, batu pusaka, serta penemuan benda-benda sejarah dari masa Megalitikum ataupun Pithecantropus.
Salah satu masyarakat yang cukup mengenal Kampung Nyenang, Bojes sapaan akrab laki-laki yang saat itu menghadiri hajat bumi menjelaskan ia dan beberapa temannya terus mengali beberapa peninggalan sejarah yang ada di tanah Sunda itu. Beberapa penemuan pun didapatkan oleh Bojes seperti bekas telapak tangan manusia, dan beberapa situs bersejarah yang terus diteliti.
“Dulunya masih belum ada yang tahu kalau Kampung Nyenang merupakan keturunan Prabu Siliwangi, ada yang percaya atau tidak, tapi menurut sejarah itu ada. Dan saya terus melakukan penelitian terhadap Kampung ini karena banyak menyimpan sejarah dan kebudayaan yang memang harus dijaga dan dilestarikan,” ujar Bojes saat menonton acara.
Sama halnya dengan Bojes, Tatang mengakui Kampung Nyenang menyimpang banyak kesenian dan kebudayaan yang terus diajarkan kepada generasi muda. Hal tersebut dilakukan langsung oleh Tatang yang berprofesi guru. Tatang yang memiliki bakat seni pun membuka sebuah padepokan yang diperuntukan oleh masyarakat mulai dari berlatih kesenian, berlatih pencak silat, dan lainnya yang dilakukan langsung oleh Tatang kepada masyarakat sekitar.
Satu per satu pertunjukan diperlihatkan oleh masyarakat Kampung Nyenang, mulai dari pembersihan batu pusaka, penyendiaan tumpeng oleh semua masyarakat yang nantinya dimakan bersama, penampilan debus, pencak silat dan lainnya yang kemudian membuat masyarakat terhibur dan bangga atas kesenian yang mereka miliki. Selaku tokoh adat, Tatang pun terus meminta masyarakat untuk melestarikan apa yang dimiliki oleh Kampung Nyenang.
“Di sini kebudayaan dan kesenian sudah dipertahankan secara turun temurun, tinggal bagaimana kita menjaga dan melestarikan saja. Saya salah satu orang yang ingin mempertahankan, meskipun di sini Kampung, tapi di sini banyak sarjana. Mayoritas masyarakat petani di sini, maka dari itu lewat hajat bumi masyarakat mengucap syukur atas hasil yang didapat,” jelas Tatang.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Acara Toni Permana kembali menegaskan acara hajat bumi tak lain hanya wujud rasa syukur dari masyarakat Kampung Nyenang. Adapun acara diisi oleh beberapa kesenian dan kebudayaan yang dihadiri oleh tamu undangan. Esensi yang diambil bagaimana masyarakat untuk bisa selalu mensyukuri nikmat yang diberikan. “ Poinnya bagi masyarakat bagaimana untuk terus bersyukur kepada Allah, dan untuk terus menjaga kesenian dan kebudayaan,” kata Toni.
Acara terus berlanjut meriah, meski terik berganti menjadi mendung. Masyarakat Kampung Nyenang begitu antusias dengan digelarnya hajat bumi. Masing-masing masyarakat membawa apapun hasil bumi mereka, mulai dari sayur-mayur, buah-buahan, dan lainnya yang kemudian dihidangkan untuk disantap bersama. Hajat bumi semakin meriah, ketika sebagian masyarakat ikut memberi saweran saat Debus bermain. Tawa dan Canda menjadi saksi bahwa masyarakat Nyenang menjaga dan menikmati warisan leluhurnya.
Sumber : restiaidila
Tradisi Hajat Bumi Kampung Nyenang, memang sudah menjadi rutinitas warga setiap tahunnya, dilakukan secara turun temurun. Masyarakat Kampung Nyenang,tidak hanya sekedar datang dan berkumpul dengan tangan kosong, akan tetapi mereka datang dengan membawa berbagai hasil bumi seperti rambutan, manggis, kelapa hijau dan hasil panen lainnya.
Tidak hanya hasil bumi, puluhan nasi tumpeng beserta lauk pauknya disajikan lengkap dan di hias sedemikian rupa,sajian nasi tumpeng tersebut menjadi rebutan para warga sebagai tanda atas rasa syukur akan limpahan hasil panen sawah dan ladang mereka.
Acara ini, diawali dengan kesenian-kesenian tradisional seperti gong, kendang, bonang, calung dan pencak silat, yang di mainkan dengan lihai dan terlatih oleh anak-anak berusia dibawah belasan tahun, yang memang sudah di didik dan dipersiapkan sebelumnya.
Sebelumnya, aneka sayuran dan buah-buahan ini menjadi hiasan tenda para tamu yang hadir ke acara Hajat Bumi tersebut, sebagai tanda bahwa tanaman di Kampung Nyenang berlimpah dan menjadi kebanggaan warga sekitar.
Hajat Bumi Kampung Nyenang ini, di selenggarakan untuk menumpahkan rasa suka cita terhadap bertani dan mempererat tali silaturahmi dan kekerabatan antar masyarakat yang masih terjaga dengan baik.
”Hajat Bumi diselenggarakan dengan bertujuan untuk melestarikan atau mempertahankan adat-istiadat budaya dari nenek moyang kami secara turun-temurun yang mesti dijaga sedemikian rupa oleh kampung Nyenang khususnya”. Ujar Sesepuh Kampung Nyenang Tatang Andi Saputra.
Sedangkan,menurut Koordinator Poripikator Bantuan, Rosyadi. Ia sangat mengapresiasi dengan digelarnya acara ini, karena dengan melestarikan seni tradisional dan nilai-nilai kebudayaaan,menjadi unsur penting bagi kehidupan masyarakat,terutama dengan tradisi gotong royongnya.
“Khusus Kampung Nyenang, saya melihat potensi seni dan budaya disini sangat bagus, salah satunya sanggar pencak silat yang ada disini menjadi sasaran untuk mendapatkan bantuan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. “ Tuturnya kepada bandungoke.
Sumber : bandungoke
Hal unik lain yang membedakan Hajat Bumi Kampung Nyenang dengan Hajat Bumi daerah lain adalah dalam prosesi tradisi maupun kesenian yang mendukungnya. Di Hajat Bumi Kampung Nyenang tidak ada hiburan kesenian seperti tari-tarian, ataupun pagelaran musik apalagi pagelaran wayang golek. Jadi dahulu kala Kampung Nyenang merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi yang mana istri dari Prabu Siliwangi, Nyi Mas Kubu Karancang melarikan diri ke Kampung Nyenang karena masalah internal keluarga. Jadi awalnya Hajat Bumi Kampung Nyenang ini di gelar pada tiap rumah, tapi sekarang semuanya digabungkan dalam satu tempat sebagai rasa syukur atas hasil alam yang didapatkan. Kalau diartikan, bumi itu rumah dan hajat itu bentuk dari rasa syukur masyarakatnya, maka diadakan kegiatan Hajat Bumi.
Sumber : budayajawa